1.
Masjid
Agung Demak
Berbicara Demak tak bisa lepas dari
Masjid Agung Demak yang merupakan landmark Kabupaten Demak. Masjid Agung
Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, didirikan Wali Sembilan atau Wali
Songo.
Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak +
26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari
Kabupaten Jepara.
Masjid ini merupakan cikal bakal
berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Struktur bangunan masjid
mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia.
Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa.
Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat
peribadatan dan ziarah.Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan
Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3)
Ihsan.
Raden Fattah bersama Wali Songo
mendirikan Masjid Maha karya abadi yang karismatik ini dengan memberi prasasti
bergambar bulus. Ini merupakan Condro Sengkolo Memet, dengan arti
Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus
terdiri dari kepala yang berarti angka 1 ( satu ), kaki 4 berarti angka 4 (
empat ), badan bulus berarti angka 0 ( nol ), ekor bulus berarti angka 1 ( satu
). Bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka.
2. Soko Majapahit
Soko Majapahit , tiang ini berjumlah delapan buah
terletak di serambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden
Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di
Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
3. Pawestren
Pawestren, merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk sholat
jama’ah wanita. Dibuat menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk atap
limasan berupa sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati. Bangunan ini ditopang 8
tiang penyangga, di mana 4 diantaranya berhias ukiran motif Majapahit. Luas
lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m. Pawestren ini dibuat pada
zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin dari bentuk dan motif ukiran
Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun 1866 M.
4. Surya Majapahit
Surya Majapahit , merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer
pada masa Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang
Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada tahun
1401 tahun Saka, atau 1479 M.
5. Maksurah
Maksurah , merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa
lampau yang memiliki nilai estetika unik dan indah. Karya seni ini mendominasi
keindahan ruang dalam masjid. Artefak Maksurah didalamnya berukirkan tulisan
arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT. Prasasti di dalam
Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat itu Adipati
Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
6. Lawang Bledeg (Pintu Petir)
Pintu Petir, pintu yang konon diyakini mampu
menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali.
Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo
Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
7. Mihrab
Mihrab atau tempat pengimaman, didalamnya
terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”. Prasasti
ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401
Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan
terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutan Dampar
Kencono warisan dari Majapahit.
8. Dampar Kencana
Dampar Kencana , benda arkeologi ini merupakan
peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I
dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan
Demak dipimpin Raden Trenggono 1521 – 1560 M, secara universal wilayah
Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang kejayaan Patih Gajah Mada.
9. Saka Tatal
Soko Tatal / Soko Guru yang berjumlah 4 ini merupakan
tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing
soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat soko guru
dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan
Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan
Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga Demak.
Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.
10. Kolam Wudhu
Situs Kolam Wudlu . Situs ini dibangun mengiringi
awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk berwudlu. Hingga
sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah tidak
dipergunakan lagi.
11. Menara
Menara, bangunan sebagai tempat adzan ini
didirikan dengan konstruksi baja. Pemilihan konstruksi baja sekaligus menjawab
tuntutan modernisasi abad XX. Pembangunan menara diprakarsai para ulama,
seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto, H.Moh
Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin .
12. Makam Sultan Fatah
Di belakang museum terdapat makam
Raden Patah (Sultan Demak I, 1478-1518), Raden Patiunus (Sultan Demak II,
1518-1521), Raden Trenggana (Sultan Demak III, 1521-1546), dan anggota keluarga
kerajaan lainnya. Patiunus atau Pangeran Sabrang Lor adalah pemimpin armada
gabungan Kesultanan Banten, Cirebon, dan Demak menyerang Portugis di Malaka
pada tahun 1521.
Jika pengunjung cukup akrab dengan Arus Balik
maka makam Pangeran Seda Lepen (putra kedua Raden Patah) adalah daya tarik
tersendiri. Pramoedya Ananta Toer mengisahkan di Bab 27, ‘Portugis berpesta
lagi di Malaka, juga di Pasai, mengetahui bahwa Trenggono dapat naik ke atas
tahta hanya dengan melalui bangkai abang kandungnya sendiri, Pangeran Seda
Lepen...’
Hal serupa dikemukakan Slamet Muljana (Runtuhnya
Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, 2005),
'Dalam Babad Tanah Jawi, disebutkan bahwa Pangeran Seda Lepen dibunuh
oleh Sunan Prawata, putra sulung Trenggana...Kiranya, Pangeran Seda Lepen alias
Raden Kikin merupakan penghalang bagi Raden Trenggana...untuk mewarisi takhta
kesultanan Demak sepeninggalan adipatu Yunus...sebabnya karena Raden Kikin
lebih tua daripada Raden Trenggana. Namun, Raden Kikin lahir dari istri ketiga,
sedangkan Raden Trenggana lahir dari istri pertama. Itulah sebabnya Sunan
Prawata menyirnakan Raden Kikin alias Pangeran Seda Lepen.'
0 komentar: